[ Sahabat Rere PMII Ngalah ]
Apa yang membuat dirimu bangga dengan PMII? apa ada yang masih membincang PMII? Tampaknya hal ini merupakan pertanyaan sederhana yang sebenarnya tidak mudah untuk menjawabnya sebab di tengah kehidupan politik yang di penuhi oleh gerakan “Politik mencari makan”, arus dinamika kampus yang mulai pragmatis, terkikis daya kritis dan idealismenya, serta format transisi demokrasi dan reformasi yang belum mampu applicable dan reliable untuk diterapkan, PMII dituntut untuk merumuskan jawaban atas pertanyaan di atas.
Tentunya ini menjadi PR kita bersama, apalagi dengan gerakan PMII hari ini (Extra dan IntraParlementer). Namun, keuntungan yang harusnya menjadi langkah praksis transformasi nilai² positif tersebut ternyata terbantahkan oleh “MONEY” hingga membuat Habis Lebur Hancur Gugur idealisme seorang kader. Refleksikan dengan skup terkecil saja, Rayon & Komisariat misalnya. Adanya corak Pragmatisme Transaksional tersebut, PMII hari ini harus mampu menoropong dan sadar bahwa manusia memiliki sifat self interest yakni kecenderungan untuk mencari keuntungan sendiri. Ditambah lagi organ penting dalam PMII seperti NDP, ASWAJA, PARADIGMA KRITIS TRANSFORMATIF, serta PANCASILA sebagai azas Organisasi, tak pernah terjawantahkan oleh warga PMII itu sendiri. Parahnya lagi wacana² tersebut hanya selesai pada kegiatan-kegiatan Formal belaka.
Hal paling menarik dalam pandangan saya terhadap Warga PMII yakni, potret sosial mahasiswa yang sekarang menjadi Individualistik. Sebagai contoh adakah mahasiswa yang sedang berdiskusi tentang problematika masyarakat? Utopis ya. Contoh lain masih adakah manusia sekitarmu yang berkomunikasi dengan tujuan ber-manusia? saya rasa hal itu sulit ditemui pada era sekarang ini. Adapun ‘interaksi’ antar manusia pasti mereka sedang terikat dengan suatu Materiil yang terkonsep untuk keuntungan pribadi. Hal ini sedikit banyaknya dipemgaruhi karena pola pikir ERA DISRUPSI, era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru. Perubahan besar terjadi setidaknya disebabkan oleh adanya revolusi 4.0, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19.. Sebagai kader PMII, bukan arus kemajuan zaman yang kita lawan tapi cara pandang yang terlalu Materialis inilah yang harus kita luruskan dan benahi.
Sahabat, ekspresi ini yang kemudian saya tulis bukan semata mata untuk dibaca saja namun untuk bahan Refleksi sahabat-sahabat semuanya. Kita sebagai seorang anak, sebagai seorang warga Indonesia, sebagai kader Pergerakan, sebagai generasi penerus Bung Mahbub Djunaidi. Harus tetap Dzikir (bentuk kesadaran total seorang kader akan tugasnya) tidak sebatas mengingat sang Pencipta, Wajib ber- Fikir (Interpretasi) sebagai ciri kader yang berakal. Dan konsisten melakukan Amal Sholeh (Transformasi) Upaya/Ikhtiar kader sebagai pemegang mandat dimuka bumi, pembangun peradaban.
Salam Pergerakan!
Dan Salam Takdzim !