Kabarjatim.id | Pasuruan – Peringatan Hari Batik Nasional tahun ini terasa istimewa bagi masyarakat Desa Randupitu, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Pasalnya, batik khas desa setempat yang dikenal dengan nama Batik Sekar Randu kembali mendapatkan sorotan publik sebagai warisan budaya sekaligus identitas lokal yang patut dibanggakan.
Batik Sekar Randu lahir dari kearifan lokal warga Randupitu yang mengangkat simbol pohon randu sebagai motif utama. Pohon randu sendiri tidak hanya menjadi penanda geografis desa, tetapi juga sarat makna filosofis tentang keteguhan, kesabaran, dan pengorbanan. Motif bunga randu yang mekar melambangkan harapan dan cita-cita masyarakat agar kehidupan desa senantiasa berkembang dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
Dalam momentum Hari Batik Nasional, Kepala Desa Randupitu, Mochammad Fuad, menyampaikan kebanggaannya terhadap keberadaan Batik Sekar Randu. Menurutnya, batik ini bukan sekadar kain bermotif indah, tetapi juga simbol perjuangan dan kreativitas warga Randupitu dalam melestarikan budaya bangsa.
“Batik Sekar Randu adalah identitas dan kebanggaan Randupitu. Lewat batik ini, kami ingin menunjukkan bahwa desa bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga pusat kreativitas dan kebudayaan. Saya berharap Batik Sekar Randu semakin dikenal, tidak hanya di Pasuruan, tapi juga di seluruh Indonesia bahkan dunia,” ujar Mochammad Fuad.

Ia menambahkan, pemerintah desa berkomitmen untuk terus mendukung pengrajin batik lokal dengan memberikan pelatihan, pendampingan usaha, hingga akses promosi ke pasar yang lebih luas. Upaya ini sejalan dengan semangat generasi muda desa yang semakin tertarik menekuni usaha kreatif, termasuk batik.
Batik Sekar Randu sendiri sudah mulai diproduksi secara rutin oleh kelompok perajin batik Randupitu, dan kini tengah digalakkan pemasarannya melalui pameran UMKM, marketplace digital, hingga acara-acara kebudayaan.
Hari Batik Nasional pun menjadi momen penting untuk mengingatkan masyarakat tentang arti penting batik sebagai warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO. Bagi warga Randupitu, momentum ini bukan hanya seremonial, tetapi juga titik awal untuk semakin menguatkan posisi Batik Sekar Randu sebagai produk unggulan desa yang memiliki nilai seni, ekonomi, sekaligus kebanggaan budaya.

“Kami ingin agar Batik Sekar Randu menjadi inspirasi. Bahwa dari desa kecil pun bisa lahir karya besar yang bisa membanggakan daerah dan bangsa. Hari Batik Nasional ini adalah pengingat bagi kita semua untuk tidak melupakan akar budaya sekaligus berinovasi mengembangkannya,” tutup Mochammad Fuad.
Dengan semangat itu, Batik Sekar Randu diharapkan tidak hanya memperkuat identitas Desa Randupitu, tetapi juga menjadi simbol kontribusi desa dalam menjaga dan merawat warisan budaya Indonesia yang mendunia.


